Dunia kampus menuntut para penghuninya untuk
menjadi pribadi yang lebih mandiri, hingga terkadang tuntutan itu mencekik
hingga ciut semangat mahasiswa, merasa dipersulit oleh pihak kampus dengan
adminstrasi yang begitu rumit bin lamban, tak jarang diuapkannya keluh kesah
dengan lisan atau sekedar coretan di dinding ratapan sosmed jika tak ada kuasa
untuk protes secara langsung. Masalah klasik yang sering menjadi pembicaraan
mahasiswa diawal semester adalah KRS, pembayaran, pengimputan nilai hingga masalah
absen dan penempatan kelas. Terkhusus di jurusan PGSD UNM yang mana populasi
mahasiswanya jauh lebih padat dari pada jurusan lain dan ternyata hanya
ditangani oleh 2 orang dibagian
adminstrasi kampus, belum lagi para mahasiswa tingkat akhir yang mengantri
untuk mendapatkan pelayanan dari operator. Kita memang dituntut untuk mandiri
namun jika pelayanan seperti ini maka siapa yang tidak gerah.
Melayani segala kebutuhan akademik mahasiswa
adalah tugas adminstrasi kampus. Sebagai kampus yang populasi mahasiswa yang
padat maka pertimbangannya adalah memperkuat atau memperbaiki sistem
adminstrasinya demi kelancaran aktivitas perkuliahan mahasiswa. Sebab kerap
kali kuliah perdana di undur karena masalah pengimputan nilai yang bermasalah
dimana pihak dosen belum mengeluarkan nilai untuk mahasiswa dan biasanya hal
tersebut diakali dengan pemberian nilai sementara. Berbagai macam kerumitan
hingga carut marut adminstrasi kampus menghambat perkuliahan, dan sebagai
mahasiswa pasti sadar betul akan fakta tersebut. Terkadang persoalan seperti ini yang membuat
mahasiswa menjadi malas untuk mengurus administrasi bahkan ada yang trauma
karena di “ping-pong” (dilempar dari urusan kantor yang satu ke kantor yang
lain) karena urusan administrasi yang ribet dan lambat
Strategi dalam mengatur kepentingan
masyarakat kampus dalam islam dilandasi dengan kesederhanaan aturan yang
dengannya akan memberi kemudahan dan kepraktisan, sementara aturan yang rumit
akan menyebabkan kesulitan, Kesederhanaan aturan Kecepatan dan pelayanan
transaksi karena hal itu akan mempermudah orang yang memiliki keperluan dan
profesionalitas orang yang mengurusinya. Hal ini diambil dari realitas
pelayanan kepentingan itu sendiri. Orang-orang yang memiliki kepentingan pasti
menginginkan kecepatan dan kesempurnaan pelayanan. Ketiga hal tersebut wajib bagi kesempurnaan
pekerjaan sebagaimana juga dituntut oleh pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
Islam tidak membatasi seseorang yang
ingin menjadi pegawai adminstrasi dalam pendidikan baik itu non muslim, laki-laki
maupun perempuan asalkan memiliki kewarganegaraan dan memenuhi kulifikasi.
Namun jika melihat fakta, administrasi kampus disusun sedemikin ribetnya yang
ujung-ujungnya menyulitkan mahasiswa, kinerja pegawai yang lamban sehingga
lambat pula terselesaikannya urusan mahasiswa. . Perkara administrasi itu
penting, dan harus dibarengi dengan pelayanan yang baik, sopan dan cepat dan
semestinya tidak menjadi halangan atau bahkan menjadi trauma bagi mahasiswa.
Kita punya Islam sebagai solusi permasalahan
yang ada termasuk masalah klasik administrasi kampus kita yang kunjung
terselesaikan, mengapa tak bisa move on dari kubangan sistem pendidikan sekuler
yang menghasilkan masyarakat kampus yang tidak jelas, orientasi pendidikan
tidak lagi kepada kuliatas dan kenyamanan mahasiswa dalam mengenyam pendidikan
tapi bagaimana agar eksistensi kampus tetap awet bersanding diatas singgasana
persaingan demi meraih predikat kampus terbaik, meski itu dari penampakan luar
semata dan menyembunyikan carut marut dibawah gedung mewah yang menjadi icon
kampus tersebut…
Sungguh, pendidikan berkualitas yang menjadi
dambaan takkan terwujud jika sistem pendidikan kita masih menggengam erat sistem yang sekuler dan berinduk kapitalisme
seperti sekarang ini. Sistem pendidikan tidak akan terwujud tanpa topangan
sistem yang lainnya, tentunya sistem yang digunakan pun tidak bisa berlainan
sistem. Walhasil, perlu adanya sebuah penerapan sistem pemerintahan Islam dalam
bingkai Khilafah Islamiyyah.
#SaveMahasiswa
0 komentar:
Posting Komentar