Kamis, 25 Desember 2014

Tahun Baru, Dosa Baru !



Tak terasa waktu terus berlalu dan kita akan sampai di penghujung tahun 2015. Sudah menjadi sebuah tradisi, setiap menyambut perayaan natal dan tahun baru masehi, umat muslim pun ikut euforia merayakan malam pergantian tahun tersebut. Bahkan tanpa ragu ikut menggunakan simbol-simbol atau atribut yang berkaitan dengan perayaan pergantian tahun masehi itu. Di antara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya dengan begadang semalam suntuk menunggu pergantian tahun, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, ataupun kumpul di pusat kota dengan tujuan yang tidak jelas, bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru. Lalu, bagaimanakah sebenarnya Islam memandang perayaan tahun baru tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya diperbolehkan? Adakah tahun baru merupakan agenda musuh Islam untuk menjadikan umat Islam semakin terbutakan dengan agamanya? Simak dalam bahasan singkat berikut.

Islam dan Tahun Baru
Pada kenyataannya, malam tahun baru dihiasi dengan berbagai hiburan yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Muda-mudi tumpah ruah di jalanan, berkumpul di pusat kota menunggu pukul 00.00, yang seolah-olah dalam pandangan sebagian orang “haram” untuk dilewatkan. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang pun meneriakkan “Selamat Tahun Baru”. Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura. Bahkan begadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang malam.

Pesta Seks
Di beberapa hotel dan penginapan menyediakan diskon untuk malam tahun baru, ini kemudian digunakan oleh orang-orang tidak beradab yang memang punya niatan jelek menjelang malam tahun baru. Namun anehnya, terkadang saat malam tahun baru para aparat penegak hukum dan pihak terkait lainnya seolah kurang memperhatikan mengenai fenomena ini, sehingga kadang pesta seks menjadi kegiatan rutin untuk merayakan malam pergantian tahun. Tidak hanya di hotel dan di tempat penginapan saja, bahkan di kost-kost para mahasiswa juga terjadi hal serupa ini juga patut menjadi perhatian bagi seluruh warga masyarakat untuk mencegah kemaksiatan di tengah masyarakat ini.

Maksiat Berjamaah (Pacaran, Alkohol dan Narkoba)
            Saat malam tahun baru, masing-masing mencari pasangan dan kebanyakan adalah anak muda yang merasa jika merayakan tahun baru tanpa pasangan seolah hidup ini tidak ada artinya, jadi mereka beramai-ramai mencari pasangan walau hanya untuk malam itu saja. Terkadang momen tengah malam ini dijadikan alasan untuk jalan-jalan kepada orang tuanya, namun kejadian sebenarnya adalah untuk pacaran dan bersenang-senang saja mulai dari pegangan tangan, pelukan sampai hal-hal yang menjurus ke arah maksiat lainnya. Bahkan ada satu hal lagi yang menjadi momok untuk anak muda yaitu alkohol dan narkoba.

Jangan Jadi Muslim Bunglon
Momentum Tahun Baru ini juga tidak luput dari mencampur-adukkan antara al-haq dan kebatilan, propaganda kepada kekufuran, kesesatan, serta pemunculan sesuatu kemungkaran yang bertentangan dengan syariat.
Di antara hal itu adalah propaganda kepada penyatuan agama-agama (pluralisme), penyamaan Islam dengan aliran-aliran dan sekte-sekte sesat lainnya, penyucian terhadap salib dan penampakan syiar-syiar kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi. Banyak yang beranggapan bahwa perayaan tahun baru adalah urusan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan
akidah. Padahal secara historis, perayaan tahun baru Masehi tidak bisa dipisahkan dari tradisi dan ritual penyembahan dewa Janus dalam agama paganisme (agama kafir penyembah berhala):

Di Persia, yang beragama Majusi (penyembah api), tanggal 1 Januari juga dijadikan sebagai hari raya yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus. Dalam perayaan itu, mereka menyalakan api dan mengagungkannya, kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan minuman keras (khamr). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.
Shahabat Abdullah bin ’Amr RA memperingatkan dalam Sunan Al-Baihaqi IX/234: ”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”
Bagi orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat. Jika tidak, tradisi Islam akan tergerus tanpa ada yang peduli. Sementara beberapa waktu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.

Merayakan Tahun Baru Berarti Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi SAW. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini. Ingatlah, Nabi SAW secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”.


Waktu = Alat Ukur Evaluasi Diri
Pergantian siang dan malam, pergantian hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun, jadikan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita. Karena memang kita diajarkan untuk itu. Firman Allah Swt.: Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran? (QS al-Ashr [103] 1-3).
Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.(HR. Ahmad)
Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakkan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib, sunah, haram, mana yang makruh, dan mana yang mubah. Itu artinya perubahan waktu ini harusnya kita jadikan momentum untuk mengevaluasi diri. Jangan malah hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru. Sudahlah merayakannya haram caranya maksiat pula. Naudzubillahi min dzalik!
Jadi, tidak ada pentingnya kita ikutan heboh merayakan tahun baru masehi. Kita evaluasi diri, dan itu dilakukan setiap hari biar lebih seru. Yuk kita tingkatkan terus amal baik kita, jangan cuma menumpuk dosa.

Wahai Pemuda Muslim
Maka inilah kiranya yang harus kita lakukan, mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah SWT. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak. Terakhir, kita semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah saw., para shahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, dan para mujahid di medan perang untuk mengembalikan izzah Islam wal Muslimin. Allahu Akbar!
 

0 komentar:

Posting Komentar