Tak terasa waktu terus berlalu dan kita akan sampai di
penghujung tahun 2015. Sudah menjadi sebuah tradisi, setiap menyambut perayaan
natal dan tahun baru masehi, umat muslim pun ikut euforia merayakan malam
pergantian tahun tersebut. Bahkan tanpa ragu ikut menggunakan simbol-simbol
atau atribut yang berkaitan dengan perayaan pergantian tahun masehi itu. Di
antara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia
adalah dengan merayakannya dengan begadang semalam suntuk menunggu pergantian
tahun, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru,
ataupun kumpul di pusat kota dengan tujuan yang tidak jelas, bahkan tidak
ketinggalan dan sudah mulai ngetrend di beberapa tempat diadakan dzikir
berjama’ah menyongsong tahun baru. Lalu, bagaimanakah sebenarnya Islam
memandang perayaan tahun baru tersebut? Apakah mengikuti dan merayakannya
diperbolehkan? Adakah tahun baru merupakan agenda musuh Islam untuk menjadikan
umat Islam semakin terbutakan dengan agamanya? Simak dalam bahasan singkat
berikut.
Islam dan Tahun
Baru
Pada kenyataannya, malam tahun baru dihiasi dengan
berbagai hiburan yang menarik dan sayang untuk dilewatkan. Muda-mudi tumpah
ruah di jalanan, berkumpul di pusat kota menunggu pukul 00.00, yang seolah-olah
dalam pandangan sebagian orang “haram” untuk dilewatkan. Pada saat lonceng
tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan
orang-orang pun meneriakkan “Selamat Tahun Baru”. Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang
merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa dan hura-hura.
Bahkan begadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah
SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk melek sepanjang
malam.
Pesta Seks
Di beberapa hotel dan penginapan menyediakan diskon
untuk malam tahun baru, ini kemudian digunakan oleh orang-orang tidak beradab
yang memang punya niatan jelek menjelang malam tahun baru. Namun anehnya,
terkadang saat malam tahun baru para aparat penegak hukum dan pihak terkait
lainnya seolah kurang memperhatikan mengenai fenomena ini, sehingga kadang pesta
seks menjadi kegiatan rutin untuk merayakan malam pergantian tahun. Tidak hanya
di hotel dan di tempat penginapan saja, bahkan di kost-kost para mahasiswa juga
terjadi hal serupa ini juga patut menjadi perhatian bagi seluruh warga
masyarakat untuk mencegah kemaksiatan di tengah masyarakat ini.
Maksiat Berjamaah
(Pacaran, Alkohol dan Narkoba)
Saat malam tahun baru, masing-masing
mencari pasangan dan kebanyakan adalah anak muda yang merasa jika merayakan
tahun baru tanpa pasangan seolah hidup ini tidak ada artinya, jadi mereka
beramai-ramai mencari pasangan walau hanya untuk malam itu saja. Terkadang
momen tengah malam ini dijadikan alasan untuk jalan-jalan kepada orang tuanya,
namun kejadian sebenarnya adalah untuk pacaran dan bersenang-senang saja mulai
dari pegangan tangan, pelukan sampai hal-hal yang menjurus ke arah maksiat
lainnya. Bahkan ada satu hal lagi yang menjadi momok untuk anak muda yaitu
alkohol dan narkoba.
Jangan Jadi Muslim Bunglon
Momentum Tahun Baru ini juga tidak luput dari mencampur-adukkan
antara al-haq dan kebatilan, propaganda kepada kekufuran, kesesatan, serta
pemunculan sesuatu kemungkaran yang bertentangan dengan syariat.Di antara hal itu adalah propaganda kepada penyatuan agama-agama (pluralisme), penyamaan Islam dengan aliran-aliran dan sekte-sekte sesat lainnya, penyucian terhadap salib dan penampakan syiar-syiar kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang Kristen dan Yahudi. Banyak yang beranggapan bahwa perayaan tahun baru adalah urusan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan akidah. Padahal secara historis, perayaan tahun baru Masehi tidak bisa dipisahkan dari tradisi dan ritual penyembahan dewa Janus dalam agama paganisme (agama kafir penyembah berhala):
Di Persia, yang beragama Majusi (penyembah api),
tanggal 1 Januari juga dijadikan sebagai hari raya yang dikenal dengan hari
Nairuz atau Nurus. Dalam perayaan itu, mereka menyalakan api dan
mengagungkannya, kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan
pantai, bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka
dengan air dan minuman keras (khamr). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari
sepanjang malam. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.
Shahabat Abdullah bin ’Amr RA memperingatkan dalam
Sunan Al-Baihaqi IX/234: ”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kafir,
meramaikan peringatan hari raya Nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta
menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan
dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.”
Bagi orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu
saja akan semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang
hebat. Jika tidak, tradisi Islam akan tergerus tanpa ada yang peduli. Sementara
beberapa waktu yang lalu, kita semua sudah melewati tahun baru Muharram, dengan
sepi tanpa gemuruh apapun.
Merayakan Tahun Baru Berarti
Tasyabbuh (Meniru-niru) Orang Kafir
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal
demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian
ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang
penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat)
berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan
Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi SAW. Apa yang
beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat
diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula
berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini. Ingatlah,
Nabi SAW secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).
Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
bagian dari mereka”.
Waktu = Alat Ukur Evaluasi Diri
Pergantian siang dan malam, pergantian hari demi hari,
bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun, jadikan sebagai alat ukur untuk
mengevaluasi kemajuan diri kita. Karena memang kita diajarkan untuk itu. Firman
Allah Swt.: Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran? (QS al-Ashr [103] 1-3).
Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baiknya manusia adalah
orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia
adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.(HR. Ahmad)
Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari
kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran
dan orang yang sabar dalam menegakkan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik
agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib,
sunah, haram, mana yang makruh, dan mana yang mubah. Itu artinya perubahan
waktu ini harusnya kita jadikan momentum untuk mengevaluasi diri. Jangan malah
hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru. Sudahlah merayakannya
haram caranya maksiat pula. Naudzubillahi
min dzalik!
Jadi, tidak ada pentingnya kita ikutan heboh merayakan
tahun baru masehi. Kita evaluasi diri, dan itu dilakukan setiap hari biar lebih
seru. Yuk kita tingkatkan terus amal baik kita, jangan cuma menumpuk dosa.
Wahai Pemuda Muslim
Maka inilah kiranya yang harus kita lakukan, mari kita
sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan dengan memperbanyak amal saleh
dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap
ridho Allah SWT. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat
mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah SWT. Kita kuatkan pijakan kaki
kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita
padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan
masa persidangan yaumul hisab kelak.
Terakhir, kita semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah saw.,
para shahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, dan para mujahid di medan perang untuk
mengembalikan izzah Islam wal Muslimin.
Allahu Akbar!
0 komentar:
Posting Komentar