Al Insan edisi 17/th.III/1435H
Pemuda merupakan generasi penerus estafet
pembangunan dan kemajuan bangsa. Merekalah yang menjadi motor penggerak utama
perubahan, dengan sosok yang bersemangat, idealis, kritis dan berani serta
menjadi inspirator dengan gagasannya. Pemuda pun diakui perannya sebagai
kekuatan pendobrak keterpurukan masyarakat, karena mereka memiliki potensi
yang sangat besar dalam melakukan perubahan.
Namun, fakta itu seakan
terlihat jauh dari kampus kita, berbagai aksi yang terjadi belakangan
membuktikan hal itu, seperti kasus perseteruan mahasiswa
Fakultas Teknik dengan mahasiswa Fakultas Seni di kampus UNM Parang Tambung
yang berakhir pada penghentian sementara seluruh aktivitas perkuliahan. Sebelumnya,
di kampus UNM Gunung Sari juga terjadi perseteruan antara salah satu himpunan
jurusan di Fakultas Ekonomi dengan anggota Sintalaras yang berakhir dengan
pembakaran salah satu sekretariat di Fakultas Ekonomi. Hingga kasus terbaru
yaitu aksi
unjuk rasa mahasiswa UNM dalam rangka memperingati hari anti korupsi (9/12/13),
yang kembali berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Hal ini dipicu karena
pada aksi tersebut dilakukan penutupan salah satu ruas jalan A.P Pettarani
hingga menyebabkan lalu lintas lumpuh. Tidak hanya melakukan aksi tutup jalan, sebelumnya terjadi kebakaran
pos polisi yang disinyalir disebabkan oleh mahasiswa saat melakukan aksi.(Profesi.com 09/12/13)
Berbagai aksi anarkis yang melibatkan mahasiswa, mengundang perasaan miris.
Para generasi muda yang menjadi tumpuan harapan, kini lebih memilih
menyampaikan aspirasi mereka dengan cara yang tidak intelektual, berbeda dengan
gelar yang disandangkan padanya. Hal ini semakin
memperkuat fakta kalau hari ini para generasi muda khususnya mahasiswa mulai
kehilangan identitasnya, terkadang organisasi yang menjadi motor penggeraknya
hanya menjadi ajang meraih popularitas, eksistensi dan terkadang tujuan- tujuan
semu, yang memalingkan diri mahasiswa dari tujuan dan tugas mereka sebenarnya
sebagai agen perubahan.
Sikap kritis
dengan turun ke jalan memang wajar dilakukan mahasiswa untuk mengkritik
penguasa, namun jika aksi yang dilakukan tidak bisa memberikan solusi tuntas,
bahkan hanya menambah masalah ketertiban dan keamanan, itu yang tidak
diharapkan. Hari ini dengan penerapan sistem kapitalisme dengan asas
sekularisme terutama dalam bidang pendidikan yang berhasil menggerus nilai-
nilai akhlak, nilai moral, nilai kemanusiaan dan melanggengkan nilai materi membuat perlahan - lahan fungsi mahasiswa bergeser.
Jadilah mereka orang – orang yang bergerak bukan
karena idealiseme, tetapi sekadar formalitas dan tuntutan kepentingan pribadi.
Tak kalah hebatnya, paham liberalisme
(kebebasan), permisivisme (serba boleh) dan hedonisme (kesenangan) juga
menggelayuti generasi muda, sehingga yang ada adalah orang- orang individualis,
yang memikirkan diri sendiri dan terjebak dengan kesenangan dunia. Sehingga
lengkap sudah potret buram generasi muda.
Ada
beberapa hal yang manjadi faktor sehingga pergerakan mahasiswa hari ini tidak
dapat memberikan dampak apa- apa bahkan hanya menambah masalah baru,
diantaranya, pergerakan mahasiswa yang ada hari ini sebagian besar tidak
memiliki ide yang jelas dan metode penerapan ide yang jelas, sehingga konsep
dan solusi yang mereka tawarkan tidak langsung menyentuh akar permasalahan,
aktivis- aktivis pergerakan hari ini juga bukan sepenuhnya orang yang sadar
untuk melakukan perubahan, mereka orang- orang yang pragmatis dan individualis
sehingga apa yang mereka perjuangkan tidak jauh- jauh hanya untuk kepentingan
diri mereka sendiri. Selain itu ikatan yang dijalin oleh para aktivis dalam
organisasi/ lembaganya adalah ikatan manfaat, yang temporal, hanya akan tetap
terpelihara selama manfaat yang diinginkan belum tercapai, tetapi setelah
manfaat yang mereka inginkan tercapai, maka bubarlah pergerakan mereka. Hal ini
terbukti pada berbagai gerakan mahasiswa yang tidak produktif atau “hanya
sekedar nama”. Mungkinkah
kondisi negeri ini bisa berubah dan maju, jika keadaan para pemudanya mengalami
hal seperti itu? Padahal masa depan bangsa ada di pundak mereka sebagai kaum intelektual, yang seharusnya bisa membawa
perubahan pada masyarakat. Umat saat ini sesungguhnya sedang menantikan
perubahan tersebut, mengeluarkan mereka dari kejahiliyahan dan menyelesaikan
masalah-masalah krusial yang tengah dihadapi. Pemudalah yang diharapkan mampu
menyelesaikan problematika umat.
Jadi, untuk melakukan perubahan
revolusioner ini, bagi orang- orang yang sadar akan kemunduran berpikir umat,
terutama mahasiswa harus menempuh beberapa hal, diantaranya melakukan
penyadaran kepada mahasiswa bahwa masalah yang ada hari ini bukan masalah
pribadinya saja, tetapi permasalahan besar dan sistemik yang harus diatasi
bersama- sama, mengarahkan perjuangan semu mereka yang semakin mengokohkan
sistem kapitalisme dan berdasar pada ide- ide batil seperti nasionalisme, soasialisme
dan komunisme yang bertentangan dengan akidah dan sudah terbukti penerapannya
hanya akan menimbulkan kesengsaraan pada manusia menuju perjuangan hakiki
harusnya dilandasi akidah islam yang sesuai dengan tuntutan pencipta alam
semesta, Allah SWT.
Islam sebagai pandangan hidup, memberikan
solusi atas setiap masalah. Islam dapat menjamin hak-hak dan kewajiban warganya
dengan diterapkannya melalui sebuah institusi Negara yang disebut dengan Khilafah
Islamiyah. Sistem
Islam, khususnya dalam pendidikan tak memakai sistem sekuler yang memisahkan
agama dari kehidupan.
Pelajar bukan saja diberikan pendidikan berupa ilmu namun
juga dididik kepribadiannya dan diperkuat imannya, sehingga akan tercetak
pelajar yang menggunakan potensi akal dan iman secara maksimal.Dengan begitu
jauhlah pelajar dari tawuran, narkoba, seks bebas, dsb.
Kejayaan Islam masa lalu dan kehidupan
sejahtera selama kurang lebih 13 abad muncul karena da’wah Islam yang banyak
ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih,
sanggup menyisihkan waktunya siang malam demi perjuangan Islam dan masa depan
Islam. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka
memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Para pemudalah yang memegang peran penting dalam berjuang dengan
rentang usia para sahabat antara 8 hingga 30 tahunan. Dengannya,
Islam berhasil dalam memimpin peradaban di dunia. Maka tak heran ulama hadits
Ibnu al Jauzi pernah berkata, “wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu
selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga
selain yang dilakukan oleh para generasi muda,” (Ibnu alJauzi, Shifatush
Shofwah, Jil. IV, hlm. 24). Para mahasiswa Islam, tak inginkah kita menjadi sosok pemuda yang dirindui surga? Seperti halnya Mushab bin Umair atau sosok gagah nan berani seperti Muhamad Al-Fatih yang ketika menginjak usia 21 tahun ia mampu mengubah
tatanan kehidupan dunia Islam dengan
menklukkan kota Konstantinopel. Cukuplah
perkataan Imam Syafii rahimahullah
mampu menampar kita dari buaian dunia ini, mampu membangungkan kita dari
kelalaian dalam berjuang ini. “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah
hanya dengan ilmu dan Taqwa (memiliki ilmu dan bertaqwa), karena apabila yang
dua hal itu tidak ada, maka ia tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).
Jadi mari bersama- sama memperjuangkan kehidupan yang
lebih baik dengan islam Kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah, karena kita masih
punya satu kesempatan… “Kemudian akan ada
khilafah yang mengikuti metode kenabian”(HR. Ahmad). Wallahualam bi shawab. []