Rabu, 26 Februari 2014

Perangi HIV/ AIDS






                                                       

                                Kelam HIV/AIDS



Terasa mencekam disetiap sudut negeri ini

Negeri hunian jutaan umat terbaik

Mereka pemuda harapan kebangkitan umat

Namun, mempertontonkan potret buramnya pada dunia



Jiwa muda penuh semangat terenggut satu persatu

Saat seks bebas dan narkoba telah membudaya

Bahkan dianggap biasa

Umat terbaik? Pantaskah. Seharusnya !



Ah, azab-Nya bagi mereka yang abai akan larangan-Nya

Disaat HIV/AIDS mulai merajalela

Bobroknya perilaku akhlak dan moral

Serta aktivitas sosial yang menyimpang

Dari tuntunan agama



Pantaskan diri menjadi umat terbaik

Harapan umat, bibit unggul bangsa

Lepaskan genggaman semu kesenangan dunia

Perangi HIV/AIDS, selamatkan generasi muda !

 






Pendidikan Dalam Khilafah


Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk memajukan suatu bangsa terutama untuk negara berkembang, maka dari itu negara menjamin setiap individu untuk melaksanakan pendidikan.  Namun masih saja ada kesenjangan yang terjadi dalam ranah pendidikan.  Hal tersebut ditinjau dari fasilitas pendidikan yang selama ini menjadi polemik yang tak berpenghujung hingga sekarang ini. Fokusnya pada perguruan tinggi negeri yang telah kalah saing dengan fasilitas pendidikan swasta, namun sejatinya secara finansial bisa dikatakan bahwa perguruan tinggi negeri unggul dibanding swasta karena telah disubsidi oleh pemerintah. Tapi lagi-lagi semua itu tidak berefek pada sarana dan prasarana kampus, khususnya di Kampus Fakultas Pendidikan UNM, yang mengeluhkan fasilitas kampus yang minim. Sarana dan prasarana kampus tidak memadai, bangku perkualiahan dan ruangan perkualiahan panas yang tak memungkinkan mahasiswa belajar dengan nyaman. Hal tersebut juga  diungkapkan Maryadi kesalah satu mahasiswa FIP. Menurutnya, minimnya sarana perkuliahan seperti AC dan bangku yang layak menjadi persoalan yang tak kunjung terselesaikan. Maryadi menuding birokrasi kampus telah mencuri hak mahasiswa untuk mendapatkan fasilitas perkuliahan yang layak. Menanggapi keluhan dari mahasiswa, Dekan FIP, Ismail Tolla hanya menghimbau agar mahasiswa tidak manja dalam mengikuti proses perkuliahan di kampus. Menurutnya, wajar jika fasilitas kampus tidak semewah fasilitas hotel yang memilikin AC dihampir semua ruangannya. "Bayar cuma Rp650.000 mau minta AC. Nginap di hotel yang pakai AC satu malam saja itu sudah habis kalau cuma uang segitu. Saya rasa sebagai mahasiswa tidak usah manja kalau mau kuliah," tuturnya. (Profesi.com 04/01/14).
Pendidikan memang tidak dituntut untuk memberikan fasilitas yang mewah layaknya hotel, namun setidaknya fasilitas yang layak digunakan dalam proses perkuliahan. Negara berkewajiban mengatur segala aspek berkenaan dengan sistem pendidikan, bukan hanya persoalan kurikulum, akreditasi sekolah/PT, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Berkenaan hal ini, Rasulullah saw. memerintahkan dalam haditsnya: “Seorang Imam (khalifah/ kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan sirah Nabi saw. negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas Baitul maal (kas negara). Sistem pendidikan bebas biaya tersebut berdasarkan ijma’ shahabat yang memberi gaji kepada para pendidik dari baitul maal dengan jumlah tertentu. Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Pada Sekolah ini setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar. Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan, seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.
Begitu pula dengan  Madrasah An Nuriah di Damaskus yang didirikan pada abad keenam hijriyah oleh khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi.
Media pendidikan adalah segala sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana-sarana fisik yang mendorong terlaksananya program dan kegiatan tersebut sesuai dengan kreativitas, daya cipta, dan kebutuhan. Sarana itu dapat berupa buku-buku pelajaran, sekolah/kampus, asrama siswa, perpustakaan, laboratorium, toko-toko buku, ruang seminar -audiotorium tempat dilakukan aktivitas diskusi, majalah, surat kabar, radio, televisi, kaset, komputer, internet, dan lain sebagainya.
Pada masa sekarang jika kekayaan Sumber Daya Alam dikelola Negara dengan benar maka bukan tidak mungkin sistem Pendidikan Khilafah dapat diterapkan menggantikan sistem pendidikan kapitalis saat ini yang hanya sebagai pencetak generasi bobrok yang jauh dari nilai-nilai agama. Tidak hanya cukup dengan mengganti kurikulum tapi sistem pendidikan yang mesti diganti dengan sistem pendidikan yang berasakan Islam. Semua itu hanya bisa tercapai jika syariat Islam diterapkan dibawah naungan khilafah.

Kesejahteraan Hanya dengan "KHILAFAH"!!!!!!!!


 



















Sudah sekian abad bumi ini terperangkap dalam belenggu sistem yang berhasil sedikit demi sedikit memusyrikkan  ribuan juta jiwa penduduk bumi hingga terjerumus dalam dosa yang sebelumnya berada dalam dekapan hangat nan sejahtrah, Khilafah.  Mirisnya, hanya segilintir manusia yang menyadarinya, bahkan ada diantara mereka tahu persis akan hal tersebut namun membiarkannya saja. Ada juga yang mata, telinga dan hatinya sudah tertutup untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga tidak ada lagi kesejahtraan dimuka bumi, kerusakan dan kesenjangan dimana-mana. Sistem yang membiarkan manusia mencampakkan hukum Allah SWT, hukum yang seharusnya manusia taati agar selamat di dunia dan akhirat, dengan membiarkan manusia dengan segala keterbatasannya membuat hukum yang hanya bermanfaat sebagian dari mereka yang memiliki kekuasaan.
“Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki? Dan hukum apakah yang lebih baik daripada hukum Allah SWT bagi orang-orang yakin?” (QS. Al- Ma’idah : 50) .
Tidak akan ada kehidupan yang sejahtera selain dengan penerapan hukum Allah SWT. Hukum dari pencipta diperuntukkan untuk ciptaannya agar tetap berada di koridor kesejahteraan, dan semua itu dapat terwujud dengan syariah dan khilafah.

Kamis, 20 Februari 2014

Mahasiswa Tonggak Perubahan Menuju Peradaban Islam yang Gemilang

Al Insan edisi 17/th.III/1435H

Pemuda merupakan generasi penerus estafet pembangunan dan kemajuan bangsa. Merekalah yang menjadi motor penggerak utama perubahan, dengan sosok yang bersemangat, idealis, kritis dan berani serta menjadi inspirator dengan gagasannya. Pemuda pun diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak keterpurukan masyarakat, karena mereka memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan perubahan.
Namun, fakta itu seakan terlihat jauh dari kampus kita, berbagai aksi yang terjadi belakangan membuktikan hal itu, seperti kasus perseteruan  mahasiswa Fakultas Teknik dengan mahasiswa Fakultas Seni di kampus UNM Parang Tambung yang berakhir pada penghentian sementara seluruh aktivitas perkuliahan. Sebelumnya, di kampus UNM Gunung Sari juga terjadi perseteruan antara salah satu himpunan jurusan di Fakultas Ekonomi dengan anggota Sintalaras yang berakhir dengan pembakaran salah satu sekretariat di Fakultas Ekonomi. Hingga kasus terbaru yaitu aksi unjuk rasa mahasiswa UNM dalam rangka memperingati hari anti korupsi (9/12/13), yang  kembali berujung bentrok dengan aparat kepolisian. Hal ini dipicu karena pada aksi tersebut dilakukan penutupan salah satu ruas jalan A.P Pettarani hingga menyebabkan lalu lintas lumpuh. Tidak hanya melakukan aksi tutup jalan, sebelumnya terjadi kebakaran pos polisi yang disinyalir disebabkan oleh mahasiswa saat melakukan aksi.(Profesi.com 09/12/13)
            Berbagai aksi anarkis yang melibatkan mahasiswa, mengundang perasaan miris. Para generasi muda yang menjadi tumpuan harapan, kini lebih memilih menyampaikan aspirasi mereka dengan cara yang tidak intelektual, berbeda dengan gelar yang disandangkan padanya. Hal ini semakin memperkuat fakta kalau hari ini para generasi muda khususnya mahasiswa mulai kehilangan identitasnya, terkadang organisasi yang menjadi motor penggeraknya hanya menjadi ajang meraih popularitas, eksistensi dan terkadang tujuan- tujuan semu, yang memalingkan diri mahasiswa dari tujuan dan tugas mereka sebenarnya sebagai agen perubahan.
            Sikap kritis dengan turun ke jalan memang wajar dilakukan mahasiswa untuk mengkritik penguasa, namun jika aksi yang dilakukan tidak bisa memberikan solusi tuntas, bahkan hanya menambah masalah ketertiban dan keamanan, itu yang tidak diharapkan. Hari ini dengan penerapan sistem kapitalisme dengan asas sekularisme terutama dalam bidang pendidikan yang berhasil menggerus nilai- nilai akhlak, nilai moral, nilai kemanusiaan dan melanggengkan nilai materi  membuat perlahan - lahan fungsi mahasiswa bergeser. Jadilah  mereka orang – orang yang bergerak bukan karena idealiseme, tetapi sekadar formalitas dan tuntutan kepentingan pribadi.
Tak kalah  hebatnya, paham liberalisme (kebebasan), permisivisme (serba boleh) dan hedonisme (kesenangan) juga menggelayuti generasi muda, sehingga yang ada adalah orang- orang individualis, yang memikirkan diri sendiri dan terjebak dengan kesenangan dunia. Sehingga lengkap sudah potret buram generasi muda.
Ada beberapa hal yang manjadi faktor sehingga pergerakan mahasiswa hari ini tidak dapat memberikan dampak apa- apa bahkan hanya menambah masalah baru, diantaranya, pergerakan mahasiswa yang ada hari ini sebagian besar tidak memiliki ide yang jelas dan metode penerapan ide yang jelas, sehingga konsep dan solusi yang mereka tawarkan tidak langsung menyentuh akar permasalahan, aktivis- aktivis pergerakan hari ini juga bukan sepenuhnya orang yang sadar untuk melakukan perubahan, mereka orang- orang yang pragmatis dan individualis sehingga apa yang mereka perjuangkan tidak jauh- jauh hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Selain itu ikatan yang dijalin oleh para aktivis dalam organisasi/ lembaganya adalah ikatan manfaat, yang temporal, hanya akan tetap terpelihara selama manfaat yang diinginkan belum tercapai, tetapi setelah manfaat yang mereka inginkan tercapai, maka bubarlah pergerakan mereka. Hal ini terbukti pada berbagai gerakan mahasiswa yang tidak produktif atau “hanya sekedar nama”. Mungkinkah kondisi negeri ini bisa berubah dan maju, jika keadaan para pemudanya mengalami hal seperti itu? Padahal masa depan bangsa ada di pundak mereka sebagai kaum intelektual, yang seharusnya bisa membawa perubahan pada masyarakat. Umat saat ini sesungguhnya sedang menantikan perubahan tersebut, mengeluarkan mereka dari kejahiliyahan dan menyelesaikan masalah-masalah krusial yang tengah dihadapi. Pemudalah yang diharapkan mampu menyelesaikan problematika umat.
Jadi, untuk melakukan perubahan revolusioner ini, bagi orang- orang yang sadar akan kemunduran berpikir umat, terutama mahasiswa harus menempuh beberapa hal, diantaranya melakukan penyadaran kepada mahasiswa bahwa masalah yang ada hari ini bukan masalah pribadinya saja, tetapi permasalahan besar dan sistemik yang harus diatasi bersama- sama, mengarahkan perjuangan semu mereka yang semakin mengokohkan sistem kapitalisme dan berdasar pada ide- ide batil seperti nasionalisme, soasialisme dan komunisme yang bertentangan dengan akidah dan sudah terbukti penerapannya hanya akan menimbulkan kesengsaraan pada manusia menuju perjuangan hakiki harusnya dilandasi akidah islam yang sesuai dengan tuntutan pencipta alam semesta, Allah SWT.
Islam sebagai pandangan hidup, memberikan solusi atas setiap masalah. Islam dapat menjamin hak-hak dan kewajiban warganya dengan diterapkannya melalui sebuah institusi Negara yang disebut dengan Khilafah Islamiyah. Sistem Islam, khususnya dalam pendidikan tak memakai sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan.
Pelajar bukan saja diberikan pendidikan berupa ilmu namun juga dididik kepribadiannya dan diperkuat imannya, sehingga akan tercetak pelajar yang menggunakan potensi akal dan iman secara maksimal.Dengan begitu jauhlah pelajar dari tawuran, narkoba, seks bebas, dsb.
Kejayaan Islam masa lalu dan kehidupan sejahtera selama kurang lebih 13 abad muncul karena da’wah Islam yang banyak ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih, sanggup menyisihkan waktunya siang malam demi perjuangan Islam dan masa depan Islam. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat. Para pemudalah yang memegang peran penting dalam berjuang dengan rentang usia para sahabat antara 8 hingga 30 tahunan.  Dengannya,  Islam berhasil dalam memimpin peradaban di dunia. Maka tak heran ulama hadits Ibnu al Jauzi pernah berkata, “wahai para pemuda, kerahkan potensi dirimu selagi masih muda karena belum pernah aku lihat karya yang paling berharga selain yang dilakukan oleh para generasi muda,” (Ibnu alJauzi, Shifatush Shofwah, Jil. IV, hlm. 24). Para mahasiswa Islam, tak inginkah kita menjadi sosok pemuda yang dirindui surga? Seperti halnya Mushab bin Umair atau sosok gagah nan berani seperti Muhamad Al-Fatih yang ketika menginjak usia 21 tahun ia mampu mengubah tatanan kehidupan dunia Islam dengan menklukkan kota Konstantinopel. Cukuplah perkataan Imam Syafii rahimahullah mampu menampar kita dari buaian dunia ini, mampu membangungkan kita dari kelalaian dalam berjuang ini. “Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan Taqwa (memiliki ilmu dan bertaqwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, maka ia tidak dianggap hadir (dalam kehidupan).
Jadi mari bersama- sama memperjuangkan kehidupan yang lebih baik dengan islam Kaffah dalam bingkai Daulah Khilafah, karena kita masih punya satu kesempatan… “Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti metode kenabian”(HR. Ahmad). Wallahualam bi shawab. []