Alkisah, suatu ketika
peternakan heboh.
Tidak seperti biasanya,
pagi itu suara fals dari ayam-ayam urung terdengar.
Hingga kawanan sapi,
kambing, babi, dan itik kesemuanya hari itu kesiangan.
Kenapa? Apakah ayam-ayam
itu sekarang ketularan penyakit malas bangun seperti mereka?
Ataukah para ayam sudah
enggan bersahabat dengan kita? Coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang...
(Hehehe... itu mah lagunya bang Ebiet
ya...)
Ataukah?
Kekhawatiran mereka
ternyata benar adanya. Di lumbung padi, tempat biasanya ayam-ayam berhuni,
mereka menyaksikan pemandangan mengenaskan. Ayam-ayam itu menggelepar-gelepar.
Sebagian sudah tak bernyawa, sedangkan yang masih selamat keadaannya tak kalah
menyedihkan, kurus kerempeng....
Sapi menggaruk-garuk
tanduknya, itik hanya bisa mengurut-urut moncongnya, sedangkan air mata kambing
menganaksungai deras membasahi janggutnya....
Apa yang sebenarnya
terjadi?
Ayam mati di lumbung
padi....
Bukan karena flu burung,
bukan akibat kekenyangan...
Tapi kelaparan...
Lho?
Aneh ya? Kematian begitu
mengenaskan, padahal di sisi-sisinya berlimpah makanan.
Sebagaimana anehnya
keadaan di tanah airnya gatotkaca ini. Tanahnya subur dengan kekayaan yang luar
biasa, yang menurut Koes Plus: ... tanah
kita tanah surga// tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Bukan itu saja,
tusukkanlah buminya beberapa meter dengan tombak, keluarlah minyak bumi
berombak. Buanglah biji-bijian ke tanah, eh tak lama berubah menjadi kebun nan
indah. Iseng-isenglah saat di pinggir sungai tali engkau lemparkan, pas
diangkat ikan-ikan telah bergelantungan.
Allah memang
Mahakasih....
Diberikannya kekayaan
tambang berupa emas, minyak, tembaga, timah, besi dan lainnya di kepulauan
khatulistiwa ini. Dianugerahinya laut luas tempat berjuta ikan dengan berbagai
ragamnya hidup tanpa pernah habisnya. Disuburkannya tanah, hingga tetumbuhan
merayap mengakar, menjulang dengan cepatnya.
Kurang apa lagi coba?
Kurang ajar... karena
dengan kekayaan berlimpah seperti itu, seharusnya penghuninya menjadi
manusia-manusia paling kaya dan paling sejahtera sedunia. Namun sepertinya kita
harus banyak-banyak menggaruk kepala ketika melihat fakta-fakta yang
mencengangkan...
100 juta.... ini bukan
jumlah duit, tapi jumlah manusia. Tepatnya jumlah manusia Indonesia yang hidup
di bawah garis kemiskinan (menurut laporan Bank Dunia sebagaimana yang dikutip
Media Indonesia 11/12/2006, dengan ukuran penghasilan di bawah US$2 atau
sekitar Rp.18 ribu). 100 juta dari 220 juta! Artinya yang di bawah garis
kemiskinan hampir setengahnya. (Sebagai catatan dari saya, itu baru yang di
’bawah’ garis kemiskinan. Belum lagi bila ditambah dengan yang ’tepat di garis’
kemiskinan. Pasti lebih banyak).
Busung lapar? Orang mati
karena kelaparan? Wajar kalau di Afrika yang gersang. Tapi kejadian itu
ternyata terjadi di tanah surga Indonesia! Kekurangan bahan pangan wajar bila
Indonesia adalah padang pasir dan gurun sahara yang luas. Namun, sekali lagi,
Indonesia itu tanah surga, warnanya saja kehijauan bila dilihat dari angkasa.
Maka tersentaklah kita,
di saat televisi sedang asyik berlomba-lomba menyajikan acara wisata kuliner.
Mungkin bisa jadi di saat yang sama saat Bondan ׳Wisata Kuliner’
sedang syuting “MakNyes“, maka di saat itu di belahan nusantara lain seorang
anak bernama Salma mesti merintih “Mak, jangan mati mak“.
Kejadian ini terjadi di
Makassar, daerah yang katanya lumbung pangan, 29 Februari 2008. Tatkala Dg
Basse (35) yang tengah hamil 7 bulan dan Bahir (5) anaknya meninggal setelah 3
hari tidak makan.. Untungnya anaknya yang bernama Aco (4) berhasil diselamatkan
tetangganya. Sementara Salma, anak yang tertua hanya bisa menghela air mata
melihat kejadian mengenaskan itu.
Satu lagi kejadian
ironis di tanah yang katanya tanah surga ini. Entah sudah jadi kasus yang ke
berapa. Dan entah berapa ratus kasus lagi yang bakal menyusul di belakangnya.
Tidak masuk akal.
Papua mungkin tepat
dijadikan sampel tentang ajaibnya
tanah surga ini. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia
dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. PT Freeport saja
pada tahun 2005 mampu meraih keuntungan hingga US$4,2 miliar. Namun ajaibnya,
misalnya di kabupaten Jayawijaya yang merupakan daerah operasi PT Freeport, 50%
penduduknya berada di bawah garis kemiskinan. Indeks Pembangunan manusia di
Papua menduduki rangking 5 paling bawah di Indonesia (Walhi, 2006), dan
berdasarkan data BPS 2004, Papua ini tergolong sebagai provinsi dengan penduduk
termiskin terbesar.
Atau Kalimantan Timur,
provinsi terkaya di Indonesia, dengan produksi kayu dua kali pulau Jawa,
batubara 52 juta meter kubik per tahun, emas lebih 14 ton per tahun, gas alam 1650
miliar kubik per tahun dari cadangan yang masih 51,3 triliun meter kubik,
minyak bumi 79,7 juta barel per tahun dari cadangan yang masih tersisa 1,3
miliar barel. Seharusnya dengan jumlah itu penduduknya sudah pakai mobil mewah
semua, namun kenyataannya 12,4 % penduduk Kalimantan Timur masih miskin!
Ayam mati di lumbung
padi, matinya kelaparan...
Sapi, itik, kambing dan
babi hanya melongo keheranan.
Apa yang sedang terjadi
di sini?
“Memang lumbung ini
kaya, padi di sana-sini... tapi kami tak pernah bisa menikmatinya....” rintih
ayam kurus kerempeng yang masih tersisa.
“Kalkun di pekarangan
sebelah...”
Sapi, itik, kambing dan
babi menengok ke arah kawanan kalkun gemuk di pekarangan sebelah
“...dialah yang selalu
merampok lumbung ini... kami hanya bisa menatap sedih, sedangkan Pak Tani
membiarkan saja. Pak Tani tak peduli nasib kami... padahal dialah yang selalu
menuntut kami untuk senantiasa bertelur”
“Nasib..... jadi ayam”
ucapnya kemudian
Sejurus kemudian ayam
tersebut menggelepar-gelepar... tewas. Ayam terakhir telah menemui ajalnya.
Alam
Indonesia memang kaya. Alam Indonesia memang surga. Namun kekayaannya tidak
dinikmati oleh penduduknya. Tapi dengan angkuhnya dirampok oleh pihak asing.
Oke, mari kita perhatikan data-data berikut:
Sumber
|
Kekayaan
|
Pemilik
|
Blok Cepu
|
Minyak 781 juta
barel
|
Exxon mobil (45%)
Pertamina (45%)
Daerah (10%)
|
Papua
|
86,2 juta ons emas, 32,2 juta ton tembaga, 154,9
juta ons perak
|
Freeport (81,28%)
PT Indocopper Investama (9,4%)
Pemerintah RI (9,4%)
|
Nusa Tenggara
|
11,9 jta ons emas, 10,6 juta ton tembaga
|
Newmont Indonesia Lts (45%)
Nusa Tenggara Corp (35%)
PT Pukafu Indah (20%)
|
Minahasa
|
2 juta ons emas
|
Newmont Mining Corp (80%), PT Tajung
Sarapung (20%)
|
Kilang LNG Arun
(Aceh)
|
17,1 trilyun kubik
gas
|
Pertamina (55%)
Exxon Mobil (30%)
Japan IndonesiaLNC
Co (15%)
|
Hmmm.. lihatlah dengan
seksama data-data di atas. Betapa sebagian besar kekayaan alam Indonesia itu
dibawa lari oleh perusahaan-perusahaan asing. Sang tuan rumah hanya kecipratan
sisa-sisanya saja, itu pun belum tentu cipratan itu dinikmati oleh
penduduk-penduduknya. Bahkan yang lebih lucu lagi adalah di Blok gas Natuna,
dimana pihak asing tidak meninggalkan cipratan sama sekali. Pemerintah di sana
tidak menguasai satu persen pun saham. Wuih, dalam sejarah investasi asing di
dunia, konon hanya di Indonesia ada bagi hasil 100:0. luar biasa!
Alam Indonesia tetap
kaya, walau telah dikuras dan dirampok sedemikian rupa, kekayaannya seperti
tidak berkurang.
Namun, rakyatnya hanya
bisa menguras peluh derita. PHK bertubi-tubi, pengangguran melesat cepat,
jurang kemiskinan menganga lebar, kelaparan berita wajar. Jangan salahkan
mereka ketika mereka menodongkan tangan kurusnya di perempatan-perempatan
jalan, meminta belas kasihan demi sesuap penghidupan. Dan jangan pula salahkan
mereka bila suatu waktu mereka menodongkan pistolnya ke hadapan hidung Anda,
karena perut anak istrinya telah terlampau melilit.
Sapi, itik, kambing dan
babi tertunduk dalam...
Dalam haru mereka
tepekur terdiam...
Jika demikian pantaslah
bila sang ayam mati kelaparan....